oleh:
Idris Parakkasi
Konsultan Ekonomi Syariah
Ukuran kepuasan Islam bukan hanya terbatas pada aspek
material lahiriyah atau harta benda tetapi juga tergantung pada sesuatu yang bersifat
abstrak, jiwa dan spiritual, seperti iman, dan amal shaleh yang dilakukan
manusia . Atau dengan kata lain, bahwa kepuasan dapat timbul dan dirasakan oleh
seorang manusia muslim ketika harapan mendapat pahala dari Allah SWT atau
mendapat ridha Allah Swt, Pandangan ini tersirat dari bahasan ekonomi yang dikemukakan
oleh Hasan Al Banna. Firman Allah:
“Tidakkah kamu
perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang
di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan
bathin (QS. Lukman: 20).
Semua sumberdaya yang
terdapat di langit
dan dibumi disediakan Allah untuk kebutuhan manusia, agar manusia dapat
menikmatinya secara sempurna, lahir dan batin, material dan spiritual sebagai sarana untuk
beribadah kepada Allah SWT.
Hasan Al Banna
menegaskan bahwa ruang lingkup keilmuan ekonomi Islam lebih luas dibandingkan
dengan ekonomi konvensional. Ekonomi Islam bukan hanya berbicara tentang
pemuasan materi yang bersifat fisik, tapi juga berbicara cukup luas tentang
pemuasan yang bersifat abstrak, pemuasan yang lebih berkaitan dengan posisi
manusia sebagai hamba Allah SWT. Untuk memperoleh sarana yang dapat memenuhi
kepuasan manusia, maka manusia harus melakukan aktivitas produksi. Islam sangat
menegaskan kepada setiap manusia yang tidak memiliki halangan secara syar’i
untuk melakukan produksi.
Pengertian Produksi
Para ahli ekonomi mendefinisikan produksi
sebagai “menghasilkan kekayaan melalui eksploitasi manusia terhadap
sumber-sumber kekayaan lingkungan” Atau bila kita artikan secara konvensional,
produksi adalah proses menghasilkan atau menambah nilai guna suatu barang atau
jasa dengan menggunakan sumber daya yang ada. Produksi
tidak berarti menciptakan secara fisik sesuatu yang tidak ada, karena tidak
seorang pun yang dapat menciptakan benda. Oleh karenanya dalam pengertian ahli
ekonomi, yang dapat dikerjakan manusia hanyalah membuat barang-barang menjadi
berguna,disebut “dihasilkan”.Produksi bisa ditilik dari dua aspek; kajian
positif terhadap hukum-hukum benda dan hukum-hukum ekonomi yang menentukan
fungsi produksi, dan kajian normatif yang membahas dorongan-dorongan dan tujuan
produksi. Pembahasan mengenai nilai, norma, dan etika dalam produksi
termasuk kedalam aspek normatif yang banyak dikaji oleh para ahli teori
social. Mannan menyatakan bahwa
sistem produksi dalam Islam harus dikendaikan oleh kriteria objektif maupun
subjektif. Kriteria yang objektif akan
tercermin dalam bentuk kesejahteraan yang dapat diukur dari segi materi, dan
kriteria subjektif dalam bentuk kesejahteraan yang dapat diukur dari segi etika
ekonomi yang didasarkan atas perintah-perintah
Al-Qur’an dan Sunnah. Jadi dalam Islam, keberhasilan sebuah sistem ekonomi
tidak hanya disandarkan pada segala sesuatu yang bersifat materi saja, tapi
bagaimana agar setiap aktifitas ekonomi termasuk produksi, bisa menerapkan
nilai-nilai, norma, etika dalam berproduksi. Sehingga
tujuan kemaslahatan umum bisa tercapai dengan aktifitas produksi yang sempurna. Dr.
Abdurrahman Yusro dalam bukunya Muqaddimah fi ‘Ilm al-Iqtishad al-Islamiy.
Beliau menjelaskan bahwa dalam melakukan proses
produksi yang dijadikan ukuran utamanya adalah nilai manfaat (utility)
yang diambil dari hasil produksi tersebut. Produksi dalam pandangannya
harus mengacu pada nilai utility dan masih dalam bingkai nilai ‘halal’ serta
tidak membahayakan bagi diri seseorang ataupun sekelompok masyarakat. Lain
halnya dengan Taqiyuddin an-Nabhani, dalam mengantarkan pemahaman tentang
‘produksi’, ia lebih suka memakai kata istishna’ untuk mengartikan
‘produksi’ dalam bahasa Arab. An-Nabhani dalam bukunya an-Nidzam
al-Iqtishadi fi al-Islam me-mahami produksi itu sebagai sesuatu yang mubah
dan jelas berdasarkan as-Sunnah. Sebab, Rasulullah Saw pernah membuat
cincin. Diriwayatkan dari Anas yang mengatakan “Nabi SAW
telah membuat cincin.” (HR. Imam Bukhari). Dari Ibnu Mas’ud: “Bahwa Nabi Saw.
telah membuat cincin yang terbuat dari emas.” (HR. Imam Bukhari). Beliau juga
pernah membuat mimbar. Dari Sahal berkata: “Rasulullah Saw telah mengutus
kepada seorang wanita, (kata beliau): Perintahkan anakmu si tukang kayu itu
untuk membuatkan sandaran tempat dudukku, sehingga aku bisa duduk di atsnya.”
(HR. Imam Bukhari).
Pada masa Rasulullah, orang-orang biasa
memproduksi barang, dan beliau pun mendiamkan aktifitas mereka. Sehingga
diamnya beliau menunjukkan adanya pengakuan (taqrir) beliau terhadap aktifitas
berproduksi mereka. Status (taqrir)
dan perbuatan Rasul itu
sama dengan sabda beliau, artinya sama merupakan dalil syara’. Adapun aspek produksi
yang berorientasi pada jangka panjang adalah sebuah paradigma berpikir yang
didasarkan pada ajaran Islam yang melihat bahwa proses produksi dapat
menjangkau makna yang lebih luas, tidak hanya pencapaian aspek yang bersifat
materi-keduniaan tetapi sampai menembus batas cakrawala yang bersifat
ruhani-keakheratan.
Nilai-nilai dan Norma
dalam berproduksi Sejak
dari kegiatan mengorganisisr faktor produksi, proses produksi hingga pemasaran
dan dan pelayanan kepada konsumen semuanya harus mengikuti moralitas Islam.
Metwally (1992) mengatakan ”perbedaan dari perusahaan-perusahaan non Islami tak
hanya pada tujuannya, tetapi juga pada kebijakan-kebijakan ekonomi dan strategi
pasarnya”. Produksi barang dan jasa yang dapat merusak moralitas dan menjauhkan
manusia dari nilai-nilai relijius tidak akan diperbolehkan. Selain itu Islam
juga mengajarkan adanya skala prioritas (dharuriyah, hajjiyah dan tahsiniyah)
dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi serta melarang sikap berlebihan, larangan
ini juga berlaku bagi segala mata rantai dalam produksinya. Dalam Al-Qur’an mengingatkan manusia tentang
kekayaan alam Firman Allah: “Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk
kamu, padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan
sebagiannya kamu makan.” (QS. An- Nahl :5).
Tumbuh-tumbuhan dalam Al-Qur’an memberikan tentang kekayaan
alam dari jenis tumbuhan dengan firman Allah: ” Dan Dialah yang telah
menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan
sebagiannya menyuburkan tumbuh-tumbuhan yang tempat tumbuhnya kamu
menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi
kamu dengan air hujan itu tanam - tanaman
zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar ada tanda-tanda kekuasaaan.
Allah bagi kamu yang memikirkan.
Kekayaan laut
dalam Al-qur’an mengarahkan perhatian
kita pada kekayaan laut dan menganjurkan kita untuk mendayagunakan nya : ” Dan
Dialah Allah yang menundukkan lautan untukmu, agar kamu dapat, memakan dari padanya
daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lutan itu perhiasan yang
kamu pakai dan kamu melihat bahtera layar padanya dan supaya kamu mencari
keuntungan dari karnianya, dan supaya kamu bersyukur.
Kekayaan tambang
dalam Al-Qur’an untuk diperhatikan ialah kekayaan tambang. Allah berfirman :” dan kami
ciptakan besi yang padanya terdapat kekutan yang hebat dan berbagai manfaat
bagi manusia.”Dalam ayat ini terdapat indikasi yang jelas tentang pentingnya
bahan tambang di antaranya besi bagi kehidupan manusia baik sipil ataupun
militer. Surat ini dinamakan Allah dengan surat al- Hadid (besi).Al- Quran juga
menceritakan tentang tembaga:” berilah aku potongan-potongan besi hingga
apabila besi itu telah sama rata dengan kedua puncak gunung itu, berkatalah
Zulkarnain” Tiuplah api itu sudah menjadi merah (merah seperti api), dipun
berkata, berilah aku tembaga yang mendidih agar aku tuangkan keatas besi panas
itu, maka mereka tidak bias mandakina dan mereka tidak bias pula melubanginya.”
Matahari dan bulan
dalam Al-qur’an dijelaskan bahwa Allah menundukkan matahari dan bulan bagi
manusia. Hal ini memperpanjang harapan mereka dan memenuhi ambisinya dalam
menaklukkan ruang angkasa, mendayagunakan energi matahari, serta
mencapai bulan, bahkan suatu saat mendarat dimatahari. Allah Berfirman:” Dan
Dia telah menundukkan pula bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar
dalam orbitnya.” Dan Dia menundukkan malam dan siang , matahari dan bulan untukmu,
dan bintang-bintang ditundukkan untukmu dengan perintahnya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi
kamu yang memahaminya.”
Memanfaatkan kekayaan
alam
tergantung
pada
Ilmu dan Amal. Ilmu atau Sains Al-qur’an menjelaskan bahwa
memanfaatkan itu semua terfokus dalam dua hal. Pertama, ilmu atau sains yang
berdiri diatas fondasi rasio dan akal budi. Melalui akal budi ini, Allah
membedakan manusia dari hewan. Yang dimaksud dengan sains disini adalah spesialisasi
dalam berbagai disiplin ilmu. Buktinya adalah firman Allah:” Tidaklah kamu
melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit.”Ayat ini menunjukkan
ilmu astronomi serta hubungan antara langit dan bumi.”lalu kami hasilkan dengn
hujan itu dengan buah-buahan yang beraneka ragam jenisnya.” Ayat
ini menunjukkan ilmu tumbuhan. Kemudian ayat:” dan diantara gunung-gunung itu
ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada pula garis
hitam pekat,” yang menunjukkan ilmu geologi dan bumi. Dan banyak lagi ayat
lainnya yaitu ayat yang menunjukkan ilmu biologi dan lainnya, sebagai
tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah bagi hambanya yang berfikir. .
Bekerja dibutuhkan bukan hanya sekali waktu, tetapi terus-menerus. Bekerja
dibutuhkan untuk menghasilkan sesuatu yang terbaik dan untuk mencapai karunia
Allah.”Apabila telah menunaikan shalat maka bertebaranlah dimuka bumi dan
carilah karunia Allah.”
Bekerja dalam Islam adalah suatu kewajiban bagi mereka yang mampu. Tidak dibenarkan bagi seorang muslim berpangku tangan dengan alasan mengkhususkan waktu untuk beribadah kepada Allah atau bertawkkal. Dan Islam sangat mengagungkan bekerja, dan memasukkannya sebagai bagian daripada ibadah. Disisi lain, pekerjaan dikategorikan sebagai jihad jika diniatkan dengan ikhlas dan diiringi dengan ketekunan dan ihsan.
Bekerja dalam Islam adalah suatu kewajiban bagi mereka yang mampu. Tidak dibenarkan bagi seorang muslim berpangku tangan dengan alasan mengkhususkan waktu untuk beribadah kepada Allah atau bertawkkal. Dan Islam sangat mengagungkan bekerja, dan memasukkannya sebagai bagian daripada ibadah. Disisi lain, pekerjaan dikategorikan sebagai jihad jika diniatkan dengan ikhlas dan diiringi dengan ketekunan dan ihsan.
B.
Bekerja Sendi Utama Produksi
Para ahli ekonomi
menetapakan bahwa produksi terjadi lewat peranan tiga atau empat unsur yang
saling berkaitan yaitu alam, modal, dan bekerja. Sebagian ahli lain menambahkan
unsur disiplin. Para ekonom muslim berbeda pendapat
tentang apa yang ditetapkan Islam dari unsur-unsur ini. Sebagian dari mereka
menghapuskan salah satu dari empat unsur itu berdasarkan
teori, pertimbangan, dan hasil penelitian mereka.. Adapun
unsur lain seperti disiplin tidak lebih dari pada strategi dan pengawasan,
sementara modal tidak lebih daripada aset, baik berbentuk alat ataupun bangunan
yang semuanya merupakan hasil kerja manusia. Dalam hal ini, produksi dapat
dilihat dari dua segi yaitu, segi teknis ekonomi dan segi normatif.
Pandangan Islam
tentang produksi adalah menyangkut aspek normatif. Dalam Islam, sebagaimana
terlihat dalam Al-qur’an terdapat ajaran tentang dorongan dan tujuan produksi,
yaitu mendorong umat manusia khususnya umat Islam untuk bekerja dan memproduksi
segala hal keperluan hidup mereka agar dapat hidup makmur dan sejahtera
Produksi Dikenal Sejak
Nabi Adam turun ke Bumi Produksi dalam arti yang sederhana bukanlah sesuatu
yang dicetuskan oleh kapitalis. Produksi telah terjadi sejak manusia bergelut
dengan bumi karena ia merupakan suatu hal yang primer dalam kehidupan. Adam
bapak manusia, adalah manusia pertama dalam berproduksi. Adam
dan anak cucunya didunia ini bersusah payah dan membanting tulang memenuhi
kebutuhan hidupnya, sedangkan didalam surga Adam hanya memperoleh semua itu
tanpa perasaan penat dan letih.Sejak bumi ini diciptakan oleh Allah, Dia telah
mempersiapkannya sebagai tempat kediaman manusia.” Sesungguhnya kami telah
menempatkan kamu sekalian dimuka bumi dan kami adakan bagimu dimuka bumi itu
sumber penghidupan…”.
Antara Jaminan Rezeki dan kewajiban bekerja
Allah menjamin rezeki seluruh makhluk hidup yang merangkak diatas bumi dengan
firmanNya:” Dan tidak suatu binatang melata pun dimuka bumi ini melainkan
Allahlah yang telah memberikan rezekinya, dan Dia mengetahui tempat bediam
binatang itu dan tempat penyimpanannya.”Sudah menjadi sunnatullah bahwa jaminan
rezeki itu tidak akan mungkin didapat kecuali dengan berusaha dan bekerja. Allah
meletakkan makanan dari rezeki Allah setelah manusia berjalan dimuka bumi.
Siapa yang berjalan dan berusaha maka dialah orang yang berhak memakan rezeki
Tuhan. Yang bediam diri dan malas tidak akan mendapat walaupun hanya sesuap
nasi.
Bekerja
dan kegiatan ekonomi adalah ibadah dan jihad Oleh sebab itu Islam menganjurkan
umatnya untuk memproduksi dan berperan dalam berbagai bentuk aktivitas ekonomi,
pertanian, perkebunan, perikanan, perindustrian dan perdagangan. Islam
memberkati pekerjaan dunia ini dan menjadikan nya bagian dari pada ibadah dan
jihad. Bekerja adalah bagian dari ibadah dan jihad jika sang pekerja bersikap
konsisten terhadap peraturan Allah, suci niatnya, dan tidak melupakanNya.
Dengan bekerja, masyarakat bisa melaksanakan tugas kekhalifahannya, menjaga
diri dari maksiat, dan meraih tujuan yang lebih besar. Demikian pula, dengan
bekerja seorang individu mampu memenuhi kebutuhannya, mencukupi kebutuhan
keluarganya, dan berbuat baik terhadap tetangganya.. semua bentuk yang
diberikan semua hal tersebut tidak akan terwujud tanpa harta yang dapat
diperolah dengan bekerja. Maka tidak aneh jika kita menemukan nash-nash Islam
yang mengajak umatnya untuk bekerja dan menjadikannya bagian dari ibadah dan
jihad.
Tujuan
Diwajibkannya Bekerja
a. Untuk mencukupi
kebutuhan
hidup
berdasarkan
tuntutan syariat, seorang muslim diminta bekerja untuk mencapai beberapa tujuan
yaitu, untuk memenuhi kebutuhan pribadi dengan
harta yang halal. Dampak
diwajibkannya bekerja bagi individu oleh Islam adalah dilarangnya minta-minta, mengemis, dan
mengharapkan belas kasihan orang. Mengemis tidak dibenarkan kecuali dalam tiga hal yaitu, menderita
kemiskinan yang melilit, memiliki utang yang menjerat.
b. Untuk Kemaslahatan Keluarga
Bekerja diwajibkan demi terwujudnya keluarga
sejahtera. Islam mensyariatkan seluruh manusia untuk
bekerja, baik lelaki maupun wanita sesuai dengan profesi nya masing-masing.
“lelaki adalah penjaga bagi keluarganya dan bertanggung jawab atas asuhannya.;
cukuplah dosa seseorang karena menelamtarkan orang yang menjadi tanggungannya.”
c. Untuk
Kemaslahatan\Masyarakat
Walaupum seseorang tidak memerlukan
pekerjaan karena seluruh kebutuhan hidupnya telah tersedia, baik untuk dirinya
maupun untuk keluarganya, ia tetap wajib bekerja untuk masyarakat sekitarnya. Karena
masyarakat sekitarnya telah mmeberikan sumbangsih yang tidak sedikit padanya,
maka seyogyanya masyarakat menganbil darinya sebanyak apa yang diberikan
kepadanya. Alangkah indahnya tindakan ulam ayang menjadikan pekerjaan duniawi
sebagai perbuatan wajib menurut syariat, ditinjau dari kemalsahtan masyarakat.
d.
Hidup Untuk Kehidupan dan Untuk Semua yang Hidup
Lebih dari itu seorang muslim tidak hanya
bekerja demi mencapai manfaat komunitas manusia, tetapi wajib bekerja untuk
kemnfaatan seluruh makhluk hidup, termasuk hewan. Nabi berkata:” Siapakah dari
kaum muslimin yang menanam tanaman atau tumbuhan lalu dimakan oleh burung,
manusia atau hewan, kecuali baginya sedekah.”
Bekerja
untuk Memakmurkan Bumi
Memakmurkan bumi adalah tujuan dari
maqashidus syairah yang ditanam oleh Islam, disimggung oleh Al-qur’an serta
diperhatikan oleh para ulama. Diantara mereka adlah
Al-Imam Arraghib Al-Asfahani yang menerangkan bahwa manusia diciptakan Allah
hanya untuk tiga kepentingan, yaitu:
i.
Memakmurkan
bumi, sebagaiman atertera dalam dalam Al-Qur’an:” Dia telah menciptakan kamu
dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya.” Maksudnya, manusia
dijadikan pennghuni dunia untuk menguasai dan memaakmurkan dunia.
ii. Menyembah Allah, sesuai dengan firmannya:”
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
iii.Khalifah Allah,
sesuai dengan firmannya:” Dan menjadikan kamu khalifah dibumiNya, maka Allah
akan melihat bagaimana perbuatan kamu.” Bekerja untuk Kerja
Menurut Islam pada hakikatnya setiap muslim diminta untuk bekerja meskipun hasil pekerjaannya belum dapat dimanfaatkan olehnya, keluarganya atau oleh masyarakat, juga meskipunm tidak satupun dari makhluk Allah, termasuk hewan dapat memanfaatkannya. Ia tetap wajib bekerja karena bekerja merupakan hak Allah dan salah satu cara mendekatkan dii kepadaNya. Tekun Bekerja adalah kewajiban Keagamaan Norma penting dalam berproduksi setelah bekerja adalah ketekunan dalam bekerja. Islam tidak meminta kepada penganutnya sekedar bekerja tetapi juga meminta agar mereka bekerja dengan tekun dan baik. Dengan pengertian lain bekerja dengan tekun dan menyelesaikannya dengan sempurna. Menurut Islam tekun dalam bekerja merupakan suatu kewajiban dan perintah yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim. Barang siapa kurang memperhatikan ketekunan dalam bekerja, niscaya ia juga akan lalai dalam melaksanakan perintah agama. Nabi berkata, “ sesungguhnya Allah menyukai seorang dari kamu yang apabila bekerja ia menekuni pekerjaan itu.
Menurut Islam pada hakikatnya setiap muslim diminta untuk bekerja meskipun hasil pekerjaannya belum dapat dimanfaatkan olehnya, keluarganya atau oleh masyarakat, juga meskipunm tidak satupun dari makhluk Allah, termasuk hewan dapat memanfaatkannya. Ia tetap wajib bekerja karena bekerja merupakan hak Allah dan salah satu cara mendekatkan dii kepadaNya. Tekun Bekerja adalah kewajiban Keagamaan Norma penting dalam berproduksi setelah bekerja adalah ketekunan dalam bekerja. Islam tidak meminta kepada penganutnya sekedar bekerja tetapi juga meminta agar mereka bekerja dengan tekun dan baik. Dengan pengertian lain bekerja dengan tekun dan menyelesaikannya dengan sempurna. Menurut Islam tekun dalam bekerja merupakan suatu kewajiban dan perintah yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim. Barang siapa kurang memperhatikan ketekunan dalam bekerja, niscaya ia juga akan lalai dalam melaksanakan perintah agama. Nabi berkata, “ sesungguhnya Allah menyukai seorang dari kamu yang apabila bekerja ia menekuni pekerjaan itu.
Pengaruh Ketenangan Jiwa
dalam Berproduksi Seorang mukmin akan menikmati kehidupan ini dengan ketenangan
jiwa, kedamaian batin, dan kelapangan dada. Tidak diragukan, ketenangan jiwa
seperti ini mempunyai dampak positif bagi produktivitas. Sesungguhnya manusia
yang bingung, dengki, dan iri kpada sesame manusia jaran manghasilkan produk
yang memuaskan. Pengaruh Istiqamah dalam berproduksi
Seorang muslim yang beriman selalu memperhatikan batasan-batasan Allah dan
menjauhi segala macam larangaNnya. Ia menolak melakukan dosa dan tidak mau
tenggelam dalam segala yang diharamkan. Iman didalam hati seorang mukin akan
menjauhkannya dari tindakan menghabiskan energi dan stamina secara sia-sia
seperti bergadang semalaman atau bersuka ria dalam hal yang diharamkan. Hatinya
menolak mengikuti aktivitas yang dipenuhi botol bir atau dilaksanakan dimeja
judi. Ia selalu menjaga pola hidup, energi tubuh , kekuatan syaraf, daya
tanggap otak dan rangsangan jiwanya. Ia tidak menggunakan kehidupan ini kecuali
untuk melaksanakan pekerjanan yang bermanfaat atau menikmati hiburan halal.ini
sekaligus keuntungan dan sekaligus modal bagi diri pribadi, istri, anak dan
masyarakat sekitarnya. Nilai Waktu bagi seorang muslim
adalah manusia yang paling menghargai nilai waktu. Seoarng muslim takut apabila
hari-hari berlalu tanpa melakukan pekerjaan dan aktivitas yang berarti. Ia
tidak ingin pekerjaan pada hari ini diundur esok hari karena baginya diesok
hari ada pekerjaan baru yang tidak bias diusik. Seorang muslim mengharapkan
hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan esok lebih baik dari hari ini. Prinsip-Prinsip dalam
kegiatan produksi:
1. Larangan
Menelantarkan Ladang Pertanian dan Hewan dari Perbuatan syirik
Al-qur’an melakukan ekspedisi terhadap satu jenis kerusakan yang tersebar pada masyarakat Arab yaitu menelantarkan hewan dan sebagian sumber pertanian. Disebabkan pada takhyul dan legenda politeisme atau syirik. Q.S Yunus ayat 59 yang artinya” katakanlah, ternagkanlah kepada ku tentang rezeki yng dturunkan kepadamu dan lalu kami jadikan sebagiannya haram dan sebaguan lagi halal, katakanlah apakah Allah telah memberikan izin kepadamu tentang ini ataukah kamu mengada-adakn saja terhadap Allah?”
Al-qur’an melakukan ekspedisi terhadap satu jenis kerusakan yang tersebar pada masyarakat Arab yaitu menelantarkan hewan dan sebagian sumber pertanian. Disebabkan pada takhyul dan legenda politeisme atau syirik. Q.S Yunus ayat 59 yang artinya” katakanlah, ternagkanlah kepada ku tentang rezeki yng dturunkan kepadamu dan lalu kami jadikan sebagiannya haram dan sebaguan lagi halal, katakanlah apakah Allah telah memberikan izin kepadamu tentang ini ataukah kamu mengada-adakn saja terhadap Allah?”
2. Ancaman Bagi Orang Yang
Iseng Membunuh Burung dengan cara yang bervariasi hadits nabi menekankan
pentingnya upaya menjaga sumber daya alam dari ancaman bahaya. Diantaranya Nabi
bersabda yang artinya:” Barang siapa yang membunuh burung dengan percuma maka
pada hari kiamat burung-burung itu akan berteriak dan berkata, Ya Tuhanku
sesungguhnya fulan telah membunuh ku dengan percuma dan tidak memanfaatkan aku
untuk apapun.”(HR. An-Nasai).
3. Penebang Hutan Secara
Liar Masuk Neraka Pelarangan ini diperkuat dengan hadits Nabi yang artinya:”
barang siapa yang menebangi hutang secara liar Allah akan
menjerumuskan kepalanya kedalam api neraka”.Yang dimaksud ialah membabat hutan
secara liar hingga merusak lingkngan dan kemaslahatan manusia dan hewan.
4. Melindungi Binatang
Dari Penyakit Menular
Dalam
salah satu hadits,Nabi mamberikan pangarahan “ jangan disatukan ternak yang
sakit dengan ternak yang sehat.”Aturan preventif ini menggariskan agar para
peternak tidak menyatukan tempat makan dan minum hewan yang sakit dengan hewan
yang sehat karena dikhawatirkan penyakit tersebut menular ke hwan sehqt yang
lainny. Dianjurkan agar hewan yang sakirt di akrantina dan diobati karena pada
satu sisi ia termasuk makhluk hidup, dan pada sisi lain ia adlah asset yang
bias dikembangkan.
5. Hati-hati Terhadap
Binatang Perah Sungguh indah ajaran Islam dalam menjaga sumber daya alam.
Misalnya perkataan Nabi ketika mengunjungi orang anshar yang ingin
menghormati tamunya dengan memotong kambing perahnya. Kepada orang anshar
itu Nabi berkata:” jangan kamu sembelih kambing perahmu.”Hadits ini menunjukkan
bahwa nabi melarang orang yang kedatangan tamu untuk menyembelih kambing
perahnya untuk dihidangkan kepada tamunya, karena binatang perah itu bias
dimanfaatkan air susunya dan bias berfungs9i sebagai penjaga rumah. Sebaliknya,
jika kamu mau menghormati tamu, potonglah binatang yang bukan hewan perahan.
6. Memanfaatkan
Kulit Bangkai Binatang
Berkata
nabi kepada para sahabatnya ketika beliau melihat bangkai kambing. “Siapakah
pemilik kambing ini? “sahabat berkata, Maimunah, Ummul Mukminin.” Selanjutnya
Nabi berkata:” tidakkah kamu memanfaatkan kulitnya?” Mereka menjawab,” kambing
itu bangkai.” Nabi berkata lagi,”yang diharamkan terhadap bangkai itu
memakannya.” Dan Nabi mengingatkan kepada mereka jika ingin memanfaatkannya
dengan cara disamak terlebiih dahulu.
7. Jangan Meninggalkan Sesuap makananpun Untuk Syaithan
Nabi bersabda dalam hadits, yang artinya:” apabila jatuh sesuap makanan darimu ambillah dan bersihkan dari kotoran, lalu makanlan, janganlah kamu meninggalakannya untuk syaithan.”
Makanan yang jatuh tetap bias dimanfaatkan dengan mudah. Caranya adalah dengan cara membersihkannya dari debu kotoran. Inilah pendidikan ekonomi yang tinggi yang sesuai dengan etika dan prinsip ekonomi.
7. Jangan Meninggalkan Sesuap makananpun Untuk Syaithan
Nabi bersabda dalam hadits, yang artinya:” apabila jatuh sesuap makanan darimu ambillah dan bersihkan dari kotoran, lalu makanlan, janganlah kamu meninggalakannya untuk syaithan.”
Makanan yang jatuh tetap bias dimanfaatkan dengan mudah. Caranya adalah dengan cara membersihkannya dari debu kotoran. Inilah pendidikan ekonomi yang tinggi yang sesuai dengan etika dan prinsip ekonomi.
8. Menghidupkan Tanah Tak Bertuan
Diantara pekerjaan yang dianjurkan Islam dan menjanjikan pahala yang besar adalah menghidupkan tanah tak bertuan. Sebab, perluasan sector pertanian dans perkebunan ini menmbah pendapatan pekapita bangsa dan Negara. Menghidupkan tanah tak bertuan ini dlam fiqih disebut ihyaul mawat.
Diantara pekerjaan yang dianjurkan Islam dan menjanjikan pahala yang besar adalah menghidupkan tanah tak bertuan. Sebab, perluasan sector pertanian dans perkebunan ini menmbah pendapatan pekapita bangsa dan Negara. Menghidupkan tanah tak bertuan ini dlam fiqih disebut ihyaul mawat.
E. Perlindungan Kekayaan Alam
Ekonomi islam sangat menganjurkan silaksanakan aktivitas produksi dan mengembankanya, baik segi kualitas maupun quantitas. Ekonomi islam tidak rela jika tenaga manusia atau komoditi terlantar begitu saja. Islam menghendaki semua tenaga dikerahkan untuk meningkatkan produktivitas lewat itqan (ketekunan) yang diridhai oleh Allah atas segala sesuatunya.
1. Mewujudkan Swadaya Individu
Kehidupan manusia di dalam lapangan ekonomi mempunyai empat standar yang satu dengan yang lain sangat berbeda.
1) Standar primer
2) Satndar cukup (kafaf: rezeki yang sekedar mencukupi)
3) Standar swasembada atau mapan
4) Satandar mewah
2. Mewujudkan Swasembada Umat
Tujuan lain dari produksi ialah memenuhi target swasembada masyarakat. Dengan kata lain masyarakat harus memiliki kemampuan pengalaman, serta metode untuk memenuhi kebutuhannya, baik material ataupun spiritual, sipil atau militer. Tanpa adanya swadaya ini, kita tidaj dapat mewujudkan kemerdekaan dan membentuk umat pilihan yang kuat sebagaimana dikatakan oleh Allah dalam kitab Suci-Nya, “padahal kekuatan itu hanya bagi Allah, bagi Rasulnya dan bagi orang-orang mukmin”.
Ekonomi islam sangat menganjurkan silaksanakan aktivitas produksi dan mengembankanya, baik segi kualitas maupun quantitas. Ekonomi islam tidak rela jika tenaga manusia atau komoditi terlantar begitu saja. Islam menghendaki semua tenaga dikerahkan untuk meningkatkan produktivitas lewat itqan (ketekunan) yang diridhai oleh Allah atas segala sesuatunya.
1. Mewujudkan Swadaya Individu
Kehidupan manusia di dalam lapangan ekonomi mempunyai empat standar yang satu dengan yang lain sangat berbeda.
1) Standar primer
2) Satndar cukup (kafaf: rezeki yang sekedar mencukupi)
3) Standar swasembada atau mapan
4) Satandar mewah
2. Mewujudkan Swasembada Umat
Tujuan lain dari produksi ialah memenuhi target swasembada masyarakat. Dengan kata lain masyarakat harus memiliki kemampuan pengalaman, serta metode untuk memenuhi kebutuhannya, baik material ataupun spiritual, sipil atau militer. Tanpa adanya swadaya ini, kita tidaj dapat mewujudkan kemerdekaan dan membentuk umat pilihan yang kuat sebagaimana dikatakan oleh Allah dalam kitab Suci-Nya, “padahal kekuatan itu hanya bagi Allah, bagi Rasulnya dan bagi orang-orang mukmin”.
KESIMPULAN
Kegiatan produksi
merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan produksilah yang
menghasikan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh para konsumen. Tanpa
produksi maka kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk
menghasilkan barang dan jasa kegiatan produksi melibatkan banyak faktor
produksi. Dalam Islam, seluruh kegiatan produksi terikat pada tataran nilai
moral dan teknikal yang Islami. Nilai-nilai moral itulah yang kemudian membuat
sistem
ekonomi Islam lebih berpihak pada kesejahteraan masyarakan secara umum. Nilai-nilai dan norma
dalam berproduksi mengingatkan kita akan pentingnya memperhatikan; peringatan
Allah akan kekayaan alam, bahwa bekerja sendi utama produksi, berproduksi dalam
lingkaran yang halal, perlindungan kekayaan alam, perlindungan kekayaan alam. Semuanya
terangkum dalamsatu pemahaman bahwa dalam Islam segalaaktifitas hiduptermasuk
dalam ekonomi, hendaknya bermuara dan berujung pada upaya untuk mencari keridhoan
Allah. Begitu pula dalam melaksanakan aktifitas
produksi, tidak hanya berdasarkan pada aktifitas menghasilkan daya guna suatu
barang belaka, melainkan sebagai upaya menjalankan tugas manusia sebagai
khalifah di muka bumi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar